Dalang di seberang Tuhan
Alam semesta adalah sebuah teater yang berwujud sebagai simbol perumpamaan skenario tuhan dimana seorang sutradara lah yang berperan penting atas bergeraknya skenario teater tadi secara sistematis. Tuhan bisa diibaratkan sebagai sutradara yaitu penggerak, sedangkan para makhluk adalah tokoh-tokoh yang digerakkan, lebih tepatnya mereka semua adalah hamba. Dalam dunia teater seorang sutradara akan menciptakan peran protagonis dan antagonis, sama halnya dengan Tuhan yang memberikan sifat jahat dan sifat baik kepada para hambanya.
Bukankah seluruh manusia dapat menggerakkan diri mereka sendiri ?
Secara logika, manusia memang tidak digerakkan langsung oleh tuhan., mereka bisa bergerak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Namun apalah daya manusia yang telah di kun-fayakuni oleh dzat al-khaliq dengan ketetapan yang tak dapat diubah. Dalam sebuah teater para tokoh yang memiliki peran masing-masing tidak akan disusupi atau digerakkan oleh sutradara. Tetapi pada hakikatnya, secara tidak langsung sutradara lah yang menggerakkan mereka karena alur cerita yang terkandung dalam teater tersebut diciptakan oleh sutradara. Sama halnya dengan manusia, mereka bisa hidup dengan apa yang mereka hajatkan tanpa ada campur tangan Al-Khaliq secara empiris. Tetapi dari pada itu, sebenarnya tujuan dari hidupnya seorang manusia hanyalah satu, yaitu kembali kepada-Nya.
“ Semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati ”
Tuhan sengaja menciptakan alam semesta persis seperti apa yang dinamakan teater. Seperti misalnya dua manusia yang bertengkar di hari ini, mereka seakan-akan sama dengan pertarungan antara bagong dan dursasana dalam kisah perwayangan hindu. Hanya saja ending dari sebuah teater yang diciptakan oleh manusia, tidak semuanya menyebabkan tokoh-tokohnya mati. Tidak seperti teater yang diciptakan oleh Al-Khaliq, semua makhluk yang bermain peran ada di alam semesta ini pasti akan rusak, pasti akan tiada, pasti akan merasakan mati.
Tuhan senang berteka-teki, manusia sengaja Ia buat mencari tanda-tanda apa saja yang telah Ia turunkan di muka bumi ini. Contohnya, jika misalkan manusia tidak diperbolehkan untuk berbuat dosa, lalu untuk apa Tuhan memiliki sifat Al-Ghafar, yaitu Maha Pengampun. Kalau di seluruh alam semesta ni tidak ada yang berbuat dosa, maka sifat Tuhan yang Al-Ghafar itu akan menjadi sia-sia. Maka benar lah, jika semua yang terjadi itu adalah sekenario-Nya.
Tuhan Maha Mendalangi!
Komentar
Posting Komentar