NASKAH TEATER “ KIAT TUMBAL YANG BANGKIT”
NASKAH
TEATER
“
KIAT TUMBAL YANG BANGKIT”
Karya
: Ahmad Fatih F. R
Pada
sebuah tempat yang gelap tak berpenghuni, seorang anak yang tak memiliki Ibu itu
ketakutan;
“Dimanakah
aku? Bagaimana bisa aku terbangun dalam keadaan berbusana serba putih? Ranjang
empukku pun telah berubah menjadi tumpukan kayu yang dipalu.”
Bapak
: “Sudah bangun kau Zeinur? Kau sudah lama tidur, nanti kau kebanyakan
mimpi, mati harapan-harapanku.”
Bapak
: “Cepatlah kau bangun, minum air ini.”
Ia
terbangun dalam keadaan kebingungan.
Bapak
: “Zeinur kau cepatlah mandi, kemudian jaga rumah, jangan biarkan orang
lain masuk ke rumah ini selain bapak, aku masih ada urusan.”
Zeinur
: “Baik Pak, tapi kita ada dimana? Ini bukan rumah kita bapak.”
Bapak
: “Sudah kau cepatlah mandi, kamar mandi ada di sebelah kiri.”
Zeinur
: “Baik pak.”
Bapak
: “sepertinya keadaan sudah tidak aman, Aku harus segera
menyelesaikan semuanya.”
Seusai
mandi, ia membersihkan tempat tidurnya kemudian ia menggerutu
“Tempat ini adalah tempat yang sama rupanya
dengan tempat yang ada dalam mimpiku?”
Ia
menampar pipinya dengan keras
“Tidak,
ini bukan mimpi, lalu dimanakah aku sebenarnya?”
.
Tiba-tiba dua orang bertopeng menyelinap masuk ke dalam kamarnya, kemudian
mencoba untuk membawa Zeinur pergi dari rumah itu.
“Masih mau hidup? Atau kau ingin mati sia-sia?
Kau bukan orang yang bodoh! Sampai kapan kau terluka sedemikan rupa?”
Orang-orang bertopeng itu saling bersahutan.
Zeinur
: “Siapa kalian, apa mau kalian?”
Orang
Bertopeng I : “Kami
sengaja datang untuk membawamu pergi dari tempat ini agar kau tak lagi bersama
Bapak palsumu itu. Ia hanya akan membuatmu mati perlahan-lahan.”
Zeinur
: “Apa yang kalian tahu soal Bapak angkatku? Aku saja tidak tahu siapa kalian
sebenarnya.”
Orang
Bertopeng II : “Kau tak perlu tahu siapa kami, yang jelas
kami tahu betul Bapak yang mengangkatmu sebagai anak itu bukanlah orang yang
baik. Percaya atau tidak kau akan Ia jadikan sebagai tumbal akibat
kemiskinannya itu.”
Zeinur
: “Apa-apaan kalian? Menuduh Bapakku sembarangan, Ia bukan seorang penjahat!.”
Ia
beranjak pergi dari tempat itu menuju rumahnya. Sesampainya ia di Rumah, ia
terkejut
“Bapak?
Bapak kenapa? Kenapa Bapak bisa begini?”
Bapak
: “Kaauu, siapa suruh kau pergi dari sini? Aku sudah bilang kalau kau harus
tetap tinggal disini untuk menjaga rumah. Seharusnya kau yang menjadi bahan
makanan setan-setan itu.”
Zeinur
: “Tumbal ?” Ia pun lari ketakutan.
Orang
Bertopeng I : “Akhirnya kau mengetahui yang sebenarnya, bukankah
sudah aku peringatkan kau untuk tidak kembali ?”
Orang
Tua : “Hey Zeinur tampan, anakku. Kembalilah pada pelukan Ayahmu ini,
sudah lama aku tak melihatmu, Semakin dewasa saja kau ya!”
Zeinur
: “Iyakah? Apakah engkau Bapakku yang sebenarnya? Kalau memang benar mengapa
engkau pergi sekian jauhnya? Ibu kau tinggal sendiri, bahkan pada saat
detik-detik kematiannya pun parasmu aku tak tampak.”
Orang
Tua : “Panjang ceritanya, namun yang harus kau ketaui nak. Aku tidak
pernah meninggalkanmu ataupun ibumu, bahkan ketika detik-detik kematian Ibumu
pun Bapak ada disana, hanya saja mungkin kau tak menyadari itu. Soal orang yang
mengaku-ngaku dan mengangkatmu sebagi anak itu, sejak awal ia memang lah
berniat jahat, alasan Bapak pergi pun dia lah salah satunya. Orang itu pernah
mencintai Ibumu sebelum Bapak menikah dengan Ibumu, coba lihat foto ini, itu
adalah hari pernikahan bapak dan ibumu. Tapi na’asnya, ketika Ibumu mengandung
ia hampir menjadikanmu sebagai tumbal ketika pada saatnya engkau lahir.
Disamping itu, masih banyak lagi yang belum bisa Bapak ceritakan hari ini.”
Zeinur
: “Lalu orang-orang bertopeng tadi, apakah itu suruhan Bapak?”
Orang
Bertopeng I : “Kami adalah kakak-kakakmu Zeinur.”
Zeinur
: “Sebahagia inikah takdir tuhan untukku Bangkit? Ibu hidupku
telah kembali sempurna, maka dari itu, kau juga harus turut bahagia disana.”
Bapak
: “Marilah nak, kita kembali ke rumah kita yang sebenarnya.”
Komentar
Posting Komentar